Berita Aneh |
- Manusia Hanya Ikan Modifikasi – Sains News
- Supernova | Nebula Kepiting Memancarkan Energi Lebih Besar – Sains News
- Spesies Katak Pemakan Semut – Sains News
- Astronomi | Air di Bumi Berasal dari Tumbukan Komet – Sains News
- Pesawat Tanpa Awak AS Terinfeksi Virus – Sains News
- Pengurangan Emisi | Reaktor Biogas Limbah Sawit – Sains News
- Fosil Kumbang Berwarna dari Zaman Dinosaurus- Sains News
Manusia Hanya Ikan Modifikasi – Sains News Posted: 09 Oct 2011 10:10 AM PDT Sebuah tim peneliti Australia telah mempelajari evolusi otot kaki belakang ikan paru-paru (lungfish) sehingga dapat berjalan di darat. Hasil penelitian itu memberi petunjuk baru tentang bagaimana evolusi berlangsung pada tetrapoda –makhluk berkaki empat, dan nenek moyang kita– yang membuat langkah-langkah kecil pertama di tanah 400 juta tahun yang lalu. “Manusia hanya ikan modifikasi. Genom ikan tidak jauh berbeda dari kita sendiri ,” kata Profesor Peter Currie, peneliti Regenerative Medicine Institute Monash University, Australia, seperti dilansir ScienceDaily, Jumat (7/10) atau Sabtu (8/10) WIB. Bersama Nicolas Cole, dari University of Sydney, Prof Currie melaporkan penelitian mereka di jurnal PloS Biology. Para ilmuwan telah lama mengetahui bahwa spesies ikan paru-paru purba adalah nenek moyang dari tetrapoda. Ikan ini bisa bertahan di darat, menghirup udara, dan menggunakan sirip panggul mereka untuk mendorong diri mereka sendiri. Australia adalah rumah bagi tiga spesies dari ikan paru-paru. Tim peneliti menggunakan ikan yang hidup hari ini untuk melacak evolusi otot-otot sirip panggul untuk mengetahui bagaimana beban kaki belakang berevolusi pada tetrapoda. Mereka menemukan bahwa ikan bertulang memiliki mekanisme untuk membentuk otot sirip panggul, suatu mekanisme yang adalah batu loncatan untuk evolusi tetrapoda. Sumber terpercaya |
Supernova | Nebula Kepiting Memancarkan Energi Lebih Besar – Sains News Posted: 09 Oct 2011 10:10 AM PDT Nebula Kepiting atau sering disebut juga Crab Nebula adalah salah satu sisa-sisa ledakan bintang (supernova) yang paling menarik perhatian para astronom. Supernova yang membentuk kabut indah itu ditemukan tahun 1968. Namun, baru-baru ini para peneliti menyadari bahwa supernova itu memancarkan sinar gama jauh lebih besar daripada yang dapat dijelaskan oleh model ilmiah saat ini. Para pengamat bintang yang menggunakan rangkaian teleskop VERITAS di Observatorium Whipple, Arizona, AS, telah mendeteksi bahwa bintang pulsar neutron muda di pusatnya memiliki energi lebih dari 100 miliar elektron volt (100 GeV). Demikian ditulis tim internasional dalam paper yang dipublikasikan jurnal Science, 7 Oktober 2011. “Temuan ini memunculkan pandangan baru mengenai bagaimana mekanisme pancaran sinar gama terbentuk,” ujar Nepomuk Otte, salah satu peneliti dari Universitas California, Santa Cruz. Para ilmuwan sejak lama meyakini bahwa emisi pulsar dimunculkan oleh daya elektromagnetik yang terbentuk ketika sebuah medan magnet bintang yang berputar cepat menggerakkan partikel-partikel bermuatan sehingga ikut berputar mendekati kecepatan cahaya. Perputaran itu menghasilkan radiasi dalam berbagai spektrum. Meski begitu, detail mekanisme tersebut masih misterius, dan para peneliti menyatakan bahwa temuan terbaru saat ini makin membuat mereka tidak mengerti bagaimana proses tersebut berlangsung. “Setelah mengamati Nebula Kepiting bertahun-tahun, kami mengira bisa memecahkan teka-teki bagaimana pancaran gama dihasilkan. Model yang kami buat memprediksi emisi spektrumnya sekitar 10 GeV,” kata David Williams, seorang ilmuwan fisika di Santa Cruz. “Namun, sungguh mengejutkan saat kami menemukan bahwa pancaran sinar gama itu memiliki energi di atas 100 GeV,” lanjutnya. Adapun bintang pulsar Kepiting terbentuk dari inti bintang raksasa yang meledak dalam supernova yang spektakuler tahun 1054. Ia menjadi pusat dari Nebula Kepiting yang merupakan kabut-kabut indah di alam semesta. Bintang pulsar yang relatif muda itu berputar dengan kecepatan 30 kali per detik dan menghasilkan medan magnet yang memancarkan radiasi. Sumber terpercaya |
Spesies Katak Pemakan Semut – Sains News Posted: 09 Oct 2011 10:09 AM PDT Dr Conrad Hoskin dari Australia National University (ANU) dan Kieran Aland dari Queensland Museum berhasil menemukan 2 spesies katak batuan. Dua spesies katak tersebut diberi nama Katak Batuan Katini (Cophixalus kulakula) dan Katak Batuan Bertudung Emas (Cophixalus pakayakulangun). Nama dua spesies tersebut, menurut Hoskin, berasal dari bahasa Kuuku Ya’u, bahasa lokal masyarakat tempat katak itu ditemukan. Hoskin juga mengatakan bahwa dua spesies katak tersebut telah beradaptasi dengan lingkungan batuan di hutan hujan tropis. “Katak itu memiliki lengan yang panjang, jari yang ramping serta bantalan jari berbentuk segitiga dan berukuran cukup besar. Sifat tersebut membuat katak ini mampu memanjat di antara labirin batuan,” ungkap Hoskin seperti dikutip Physorg, Jumatb (7/10/2011). “Mereka hanya terdapat di batuan dan tak pernah dijumpai di lingkungan sekitarnya. Meski mereka sangat terlokalisasi, mereka terdapat dalam jumlah melimpah ketika ditemui. Anda bisa duduk saat mulai gelap dan melihat katak-katak menakjubkan ini muncul dari batuan,” tambah Hoskin. Kedua spesies katak ini ditemukan di dua wilayah berbveda Cape York Peninsula. Menurut Hoskin, tak banyak spesies yang bisa ditemukan di tumpukan batuan. Selain katak batuan, hanya ada beberapa spesies kadal, serangga dan laba-laba yang bisa ditemukan. “Dua spesies ini umumnya memakan semut. Mereka meletakkan telur di darat dan tahap berudunya berlangsung di dalam telur. Katak kecil kemudian menetas sebelum akhirnya pergi ke wilayah hutan atau batuan,” jelas Hoskin. Dibanding katak yang sekerabat, dua spesies ini tergolong unik karena ukurannya yang cukup besar. Katak batuan sekerabat lainnya hanya punya ukuran panjang 2 cm. Dua jenis katak ini juga hanya keluar ke permukaan batuan ketika ada hujan di musim panas yang basah. Untuk menemukan dua jenis katak ini, ilmuwan harus menjelajah di musim panas yang basah dan menelisik tiap batuan. Menurut Hoskin, yang paling membanggakan dari penemuan ini adalah masih adanya spesies baru dalam sains yang bisa ditemukan di negara maju seperti Australia. Sumber terpercaya |
Astronomi | Air di Bumi Berasal dari Tumbukan Komet – Sains News Posted: 09 Oct 2011 10:08 AM PDT Astronom mengemukakan bahwa air dan samudera yang terdapat di bumi berasal dari komet. Hal ini diungkapkan menyusul hasil analisa komet Hartley 2 dengan Herschel Space Observatory yang dipublikasikan di jurnal Nature, Rabu (5/10/2011) lalu. “Hasil penemuan kami menunjukkan, komet memiliki peran besar membawa air dalam jumlah besar ke bumi purba. Ini memperluas kemungkinan sumber air serupa samudera Bumi di Tata Surya, yang kini mencakup komet dari Sabuk Kuiper,” kata Dariusz Lis dari California Institute of Technology. Komet Hartley 2 adalah komet yang berasal dari Sabuk Kuiper, wilayah berjarak 30-50 kali jarak bumi-matahari yang merupakan kampung halaman dari planet kerdil dan komet. Komet Hartley 2 diketahui memiliki air yang dengan sifat kimia mirip dengan air di bumi. Ilmuwan lewat teorinya mengungkapkan, bumi pada awalnya panas dan kering sehingga air sebagai unsur kehidupan pasti berasal dari asteroid ataupun komet yang menumbuk bumi. Hingga sebelum penemuan Hartley 2, tak ada bukti bahwa komet memiliki air serupa di bumi. Dalam penelitian, dengan bantuan Herschel, astronom mengobservasi coma Hartley 2. Coma adalah bagian yang terbentuk akibat adanya materi komet yang menguap saat komet bergerak mendekati Matahari. Pada coma itulah, ilmuwan menemukan tanda adanya uap air. Hasil analisa lebih lanjut mengungkap bahwa Hartley memiliki air berat dan air reguler dengan proporsi sama dengan bumi. Air reguler ialah air yang biasa kita kenal, H2O. Seementara air berat adalah air yang molekul hidrogen-nya digantikan oleh deuterium. Ilmuwan mengungkapkan, saat ini, ada 5 komet yang rasio air berat dan air regulernya telah diketahui. Kelimanya berasal dari Awan Oort, sebuah daerah tata surya yang jaraknya 10.000 kali jarak ke Sabuk Kuiper dan merupakan daerah asal dari sebagian besar komet yang telah terdata. Sampai sejauh ini, ilmuwan beranggapan bahwa depositor besar air di bumi adalah asteroid yang berasal dari daerah antara Mars dan Jupiter. Hasil analisa Hartley 2 membuat ilmuwan berpikir bahwa komet dari Sabuk Kuiper yang selama ini dianggap kurang berperan ternyata punya kontribusi. Bagaimana proses komet dan asteroid datang dan ‘menciptakan’ air di bumi masih menjadi teka-teki. Geoffrey Blake, professor ilmu keplanetan dari Caltech yang juga terlibat penelitian ini mengatakan, pemahaman tentang distribusi unsur dan dinamika tata surya belum lengkap. Seperti dikutip Physorg Rabu lalu, Blake mengatakan, “Pada awal tata surya, komet dan asteroid pasti bergerak ke semua tempat. beberapa dari mereka mungkin mendarat dan menabrak di planet kita, lalu menciptakan samudera,” katanya. Sumber terpercaya |
Pesawat Tanpa Awak AS Terinfeksi Virus – Sains News Posted: 09 Oct 2011 10:03 AM PDT Sejenis virus komputer telah menginfeksi armada pesawat tanpa awak Predator dan Reaper milik AS di pangkalan Angkatan Udara Creech, Nevada. Virus yang terdeteksi sekitar dua minggu lalu itu mampu melacak apa yang diketik oleh pengendali yang berada di darat. Sejauh ini pihak militer belum menemukan insiden bocornya informasi ke pihak luar karena virus tersebut, tetapi mereka juga belum bisa mengenyahkan virus tersebut. “Kami sudah berusaha menghilangkannya, tetapi program itu terus muncul,” ujar seorang sumber militer AS seperti dikutip AFP, Jumat (7/10/2011). Seorang pakar jaringan militer mengaku, pihaknya masih belum mengetahui apakah keberadaan virus itu adalah suatu kesengajaan dan seberapa jauh ia menyebar, tetapi mereka memastikan bahwa “program penyusup” itu telah menginfeksi mesin-mesin yang sifatnya rahasia. Karenanya, kekhawatiran terbesar adalah bocornya data ke pihak-pihak di luar militer. Virus tersebut diyakini menyebar melalui removable hard drive yang dipakai untuk menginstal peta-peta terbaru dan merekam video-video misi dari satu komputer ke komputer lain. Agar virus tidak semakin menyebar, unit-unit pesawat tanpa awak di pangkalan lain diperintahkan tidak menggunakan sistem itu lagi. Pesawat tanpa awak adalah salah satu mesin perang andalan AS di berbagai medan, seperti di Afganistan, Libya, atau Pakistan. Di Pakistan saja, sekitar 30 serangan pesawat tanpa awak dilaporkan sejak pasukan khusus AS membunuh pemimpin Al Qaeda, Osama bin Laden, 2 Mei lalu. Sumber terpercaya |
Pengurangan Emisi | Reaktor Biogas Limbah Sawit – Sains News Posted: 09 Oct 2011 10:02 AM PDT GenPower Carbon Solutions, perusahaan pengembang proyek pengurangan emisi menargetkan pembangunan sebanyak mungkin reaktor biogas dari limbah kelapa sawit. Langkah ini diharapkan dapat mengurangi emisi dari industri kelapa sawit yang kerap dituding sebagai pelaku bisnis yang tidak ramah lingkungan. Senior Manager GenPower Carbon Solutions Henricus Hutabarat menjelaskan, reaktor biogas itu dapat mengubah limbah buangan industri kelapa sawit menjadi biogas yang dapat dimanfaatkan menjadi energi. Henricus menjelaskan, GenPower menyiapkan dana sebesar Rp 2-3 juta dollar AS untuk setiap proyek pembangunan reaktor biogas. “Target kami membangun reaktor biogas sebanyak mungkin di Indonesia. Bisa dibayangkan di Indonesia terdapat sekitar 600 pabrik kelapa sawit, dapat menghasilkan energi yang bermanfaat bagi perusahaan maupun masyarakat sekitar pabrik,” ungkapnya. Henricus meyakinkan pabrik kelapa sawit tidak mengeluarkan sepeser pun dana untuk pembangunan reaktor biogas. Hasil biogas pun bebas dimanfaatkan oleh pabrik kelapa sawit. Saat ini, sedang dalam tahap awal persiapan proyek perdana adalah pabrik kelapa sawit milik Asian Agri. Bagi GenPower Carbon Solutions yang merupakan anak perusahaan energi First Reserve Corporation di AS, pengurangan emisi karbon itu yang menjadi tujuannya. Melalui skema clean development mechanism (CDM) yang disepakati dalam Protokol Kyoto, negara maju dibebani investasi untuk proyek pengurangan emisi di Indonesia. Dengan “membeli” karbon dari negara berkembang seperti Indonesia, mereka dapat mengurangi semacam pajak emisi yang dihasilkan perusahaannya. Sumber terpercaya |
Fosil Kumbang Berwarna dari Zaman Dinosaurus- Sains News Posted: 09 Oct 2011 10:02 AM PDT Fosil biasa ditemukan dalam rupa hitam putih. Namun kali ini, ilmuwan berhasil menemukan fosil kumbang prasejarah yang berwarna metalik cerah. Penemuan ini dipublikasikan di jurnal Proceeding of the Royal Society B dan membuktikan bahwa dunia non burung pada masa dinosaurus merupakan dunia yang penuh warna warni. “Hasil studi kami menunjukkan bahwa fosil kumbang ini berubah selama proses fosilisasi. Warna berubah menuju warna merah, tak total, tapi cukup untuk membuat warna biru menjadi tampak hijau dan warna kuning tampak oranye,” kata Maria McNamara, pimpinan penelitian ini. Warna fosil kumbang yang kuning, hijau, biru, merah dan metalik terkait dengan warna struktural, artinya warna dihasilkan oleh interferensi cahaya. Lapisan kutikula yang memiliki ketebalan sepersejuta meter menyebabkan beberapa spektruk warna diserap dan cahaya dibengkokkan sehingga terbentuk warna-warna tersebut. Peneliti menduga ada dua sebab berubahnya warna fosil kumbang selama fosilisasi. Pertama karena berubahnya struktur dan berubahnya indeks bias. Karena berdasarkan penelitian struktur kutikula kumbang tidak berubah, maka ilmuwan menyimpulkan bahwa perubahan warna terjadi karena perubahan indeks bias kutikula. “Penelitian ini memungkinkan kita untuk melihat warna sebenarnya, memungkinkan identifikasi struktur metalik berwarna pada beragam fosil serangga. Ini memberikan bukti penting dari evolusi struktural pada grup hewan ini,” kata McNamara seperti dikutip Foxnews, Rabu (28/9/2011). Andrew Parker, pakar studi warna pada masa prasejarah dari Oxford University mengatakan hasil studi ini bisa membuktikan bahwa interaksi yang melibatkan warna, seperti antara mangsa dan pemangsa serta antara individu yang berbeda jenis kelamin, tidak hanya terjadi saat ini tetapi juga di masa lampau. Masalahnya, sejak kapan hal itu dimulai. “Jawabannya ada pada perkembangan mata pada predator yang bergerak cepat yang memberi pengaruh besar pada ekosistem. Ini terjadi 520 juta tahun yang lalu, di mana predator yang memiliki pemandu visual mungkin menjadi pemicu ledakan jaman Cambrian,” kata Parker. Sumber terpercaya |
You are subscribed to email updates from Berita Aneh To stop receiving these emails, you may unsubscribe now. | Email delivery powered by Google |
Google Inc., 20 West Kinzie, Chicago IL USA 60610 |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar